Akhir dari LPI, bayi kemaren sore


Liga Primer Indonesia (LPI) yang digagas Pengusaha Arifin Panigoro kini belum genap setahun, bahkan kompetisi musim pertamanya baru setengah jalan. Namun bisa dibilang HAPPY ENDING. Format baru yang digagas oleh PSSI dan melibatkan assesment dari AFC dan AFF ini sangat menguntungkan klub-klub LPI yang notabene nya klub kemarin sore yang bahkan belum bisa dibilang seumur jagung. Bahkan LPI rela mati demi merealisasikan diri berpartisipasi di kompetisi format baru mendatang.

LPI memiliki DAYA RUSAK yang kuat dan besar terhadap kompetisi sepakbola Indonesia terutama Liga Super Indonesia (ISL). Kini LPI tidak perlu menunggu lama untuk memanen hasilnya, karena sebentar lagi mereka akan mengubah waja kompetisi Indonesia.
Diawali dengan terpilihnya Djohar Arifin Hussein sebagai Ketua Umum PSSI menggantikan rezim Nurdin Halid. Sosok Djohar Arifin adalah sosok yang tidak bisa lepas dari Arifin Panigoro, karena Djohar adalah tokoh yang diusung kelompok 78 dibawah perintah Arifin Panigoro.

Kompetisi LPI dan klubnya dibuat serba DADAKAN bahkan terkesan DIPAKSAKAN.  Kalian bisa liat dari nama-nama pemain lokal yang berlaga di LPI, hampir seluruhnya adalah pemain dari negeri dongeng yang tidak jelas asal usulnya bahkan belum teruji di level kompetisi yang ketat seperti ISL.  Hanya klub-klub alumni ISL saja yang memiliki pemain yang familiar dengan publik sepakbola Indonesia,seperti Persebaya 1927, Persema Malang, PSM Mkassar dan Persibo Bojonegoro. Selain klub tersebut, sisanya tidak jelas.
Bahkan dalam artikel saya sebelumnya mengenai LPI, saya pernah menyebutkan bahwa dalam segi penonton saja LPI kalah TKO dengan ISL.
CONTOH: Persija, dalam satu laga kandang di GBK bisa disaksikan kurang lebih 40.000 Jakmania. Tetapi bagaimana dengan Jakarta FC? Main di Lebak Bulus saja, penonton masih bisa dihitung dengan jari. Dan itu artinya LPI SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI NILAI JUAL dan kalah saing dibanding ISL dan klub-klub yang memang sudah memiliki sejarah panjang sejak era Perserikatan dan Galatama.

Situasi seperti ini tentu saja berat sebelah dimana ISL dirugikan. Sebab, klub-klub LPI adalah klub dadakan yang baru 6bulan dibentuk, seharusnya mereka berada di divisi klub amatir dan memulai semuanya dari level paling bawah, tidak langsung ikut verifikasi profesional tersebut. Kita lihat saja akhir Agustus mendatang, bagaimana format baru sepakbola kita. Yang jelas jangan sampai ada MERGER klub se-kota apalagi kompetisi mendatang mayoritas diikuti klu LPI, JANGAN AMPE DEH!
Sebagai contoh lain lihat saja PERSEBAYA 1927 (LPI) dengan PERSEBAYA SURABAYA (Divisi Utama). Persebaya LPI tidak mau jika harus di merger dengan Persebaya Divisi Utama, dikarenakan Persebaya 1927 memiliki historis yang sangat panjang dalam peredarannya di sepakbola Indonesia. Sedangkan Persebaya LPI menganggap bahwa Persebaya Divisi Utama adalah tim jadi-jadian.

Nah kesimpulannya, klub LPI yang merupakan alumni ISL dan kini bermain di LPI saja tidak mau apabila mereka harus merger dengan klub Divisi Utama yang baru dibentuk 2010 (saat itu menggantikan lisensi Persebaya yang menyebrang ke LPI). APALAGI DENGAN KLUB-KLUB ISL YANG MEMILIKI SEJARAH PANJANG SEJAK ERA PERSERIKATAN? dan juga BAGAIMANA DENGAN NASIB KLUB-KLUB DIVISI UTAMA, SATU, DUA TIGA DAN SETERUSNYA? dan jangan lupakan bagaimana PERSIRAJA ACEH YANG BERJIBAKU MENGARUNGI KOMPETISI DENGAN PERJUANGAN KERAS DEMI MENDAPAT PROMOSI KE ISL, APA ARTINYA SEMUA ITU???

BUBARKAN KLUB LPI. HABIS PERKARA.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Akhir dari LPI, bayi kemaren sore"

Post a Comment